8 Sistem Pengairan Hidroponik Terpopuler



Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Oleh karena itu, pengairan menjadi sangat penting dalam berhidroponik. Sistem pengairan hidroponik yang terpopuler ada sekitar 8 (delapan) model atau sistem dan masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penjelasan masing-masing sistem pengairan hidroponik terpopuler adalah sebagai berikut:

1. Sistem Hidroponik Aeroponik


Aeroponik berasal dari dua kata yakni aero adalah udara dan poniq adalah cara budidaya. Jadi aeroponik adalah suatu sistem penanaman sayuran yang paling baik dengan menggunakan udara dan ekosistem air tanpa menggunakan tanah.

Teknik ini merupakan metode penanaman hidroponik dengan menggunakan bantuan teknologi. Dengan menempatkan tanaman sedemikian rupa hingga akar tanaman terlihat menggantung.

Prinsip kerja sistem aeroponik adalah dengan memanfaatkan air dan nutrisi yang diberikan ke tanaman dalam bentuk butiran kecil ataupun kabut.

Adapun proses pengkabutan ini berasal dari sebuah pompa air yang diletakkan di bak penampungan dan disemperotkan dengan menggunakan nozle. Sehingga dengan begitu nutrisi yang diberikan ke tanaman akan lebih cepat diserap akar tanaman yang menggantung.

Sistem aeroponik merupakan langkah yang tepat dan baik dalam pembudidayaan tanaman sebab dari teknik ini tanaman akan mendapatkan dua hal yaitu nutrsi serta oksigen secara bersamaan.

Banyak petani senang dengan menggunakan teknik ini. Karena kualitas sayuran yang ditanam dengan teknik ini terbukti mempunyai kualitas yang baik, higeinis, segar, renyah, beraroma dan disertai juga dengan citarasa yang tinggi.

Keunggulan dari sistem ini yakni terletak pada proses oksigenisasi yang langsung sampai ke akar yang dimulai dari tiap butiran kabut halus yang sudah dicampur unsur haranya.

Jadi banyak di negara berkembang menggunakan sistem ini termasuk di Indonesia.

Kelebihan dari sistem ini ada 8 diantaranya:

  • Tidak perlu menggunakan lahan yang luas, Cukup dengan lahan yang kecil saja.
  • Sistem aeroponik sangat ramah lingkungan karena dapat menghemat air.
  • Dengan akar yang menggantung di udara maka akan lebih banyak dalam penerimaan oksigen.
  • Dapat mengurangi jumlah tenaga kerja.
  • Mengurangi pertumbuhan pathogen yang berbahaya.
  • Tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis sebab tanaman tersebut akan memanfaatkan karbon dioksida yang kaya akan oksigen.
  • Tidak perlu menggunakan tanah, sebab dengan air yang cukup maka sudah bisa membudi dayakan tanaman ini.
  • Mampu menghasilkan tanaman yang memenuhi 3K yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

Nah, kekurangan sistem ini adalah apabila dalam sistem pengkabutan tidak dikontrol dengan benar maka akar yang menggantung akan cepat mengering sebab mengganggu proses pengabutan

2. Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)





Sistem Nutrient Film Technique (NFT) adalah teknik baru dalam hal bercocok tanam hidroponik di Indonesia. Sistem ini sangat tepat apabila diaplikasikan pada lahan yang tidak subur dan namun dapat diterapkan di dataran tinggi maupun rendah.

Intinya tujuan akhir dari sistem ini adalah memperoleh panen yang berkualitas. Ada sedikit perbedaan penerapan sistem NFT dengan aeroponik.

Perbedaannya yakni terletak pada peletakan akar tanaman di atas lapisan air yang dangkal. Akan tetapi air tersebut telah mengalami proses sirkulasi dan mengandung sejumlah nutrient sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga dengan begitu akar tanama akan terus berkembang sebab dikelilingi oleh lapisan nutrisi. Keungulan dan kelemahan teknik ini yakni terletak pada pasokan daya listrik.

Apabila pasokan listrik baik itu pompanya mengalami kerusakan maka akar tanaman akan cepat kering yang kemudian terganggunya nutrisi dan menyebabkan kematian.

Namun dengan cara ini akan lebih menjamin tanaman dapat tumbuh dan berproduksi lebih maksimal dan berhasil.

3. Sistem Hidroponik Drip System


Sistem Drip atau Sistm tetes adalah sistem hidroponik banyak diterapkan di rumah-rumah yang sebeneranya tujuan utamanya yaitu hanya sekedar hobi namun tidak menutup kemungkinan juga untuk dikomersilkan.

Sistem ini tergolong sederhana sebab tidak membutuhkan begitu banyak perlengkapan, serta multifungsi dan efektif.

Banyak sekali variasi yang dapat kita rancang serta bangun. Dan semuanya hanya tergantung pada kreativitas dan inovasi.

Sesuai dengan namanya sistem ini menerapkan tetesan larutan nutrisi ke setiap akar tanaman dengan tujuan agar lembab dan juga basah.

Teknik ini bisa dirancang sesuai kebutuhan dan lahan, bisa dari skala kecil maupun skala besar. Akan tetapi lebih efektif cara ini untuk tanaman yang agak besar yang membutuhkan ruang yang lebih untuk pertumbuhan akar.

Dan juga teknik ini tidak begitu banyak membutuhkan air dalam sistem pengairannya serta pipa ataupun selang dapat ditarik secara memanjang. Kekurangan hanya media tanam yang banyak agar mudah diserap dan disimpan.

Kenapa menggunakan tanaman besar? Karena tanaman besar tahan terhadap tekanan atau stress dan tidak sensitif terhadap keterlambatan waktu pengairan.

4. Sistem Hidroponik Pasang Surut (Ebb and Flow System)



Sistem pasang surut adalah sistem bercocok tanam hidroponik dimana tanaman mendapatkan air, oksigen serta nutrisi melalui pemompaan bak penampung yang nantinya akan membasahi akar atau istilahnya pasang.

Kemudian selang beberapa waktu nutrisi kembali lagi ke bak penampungan atau istilahnya surut. Pada waktu pasang atau surutnya ini bisa diatur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tidak terjadi genangan ataupun kekurangan air.

Jadi pompa air ini nantinya akan dibenamkan ke dalam larutan nutrisi lalu dipasang timer yang telah diatur waktunya . Dan air yang di dalam kolam atau bak penampung akan dipompa dan diteruskan ke penampungan tanaman (grow tray).

Baru kemudian timer mati dan air secara otomatis aka turun kembali ke bak penampungan. Dalam hal ini timer dapat diatur beberapa kali sesuai kebutuhan. Intinya nutrisi pada tanaman harus terpenuhi secara baik.

Dalam aplikasinya sistem hidroponik dengan teknik ini dapat diterapkan untuk beberapa media pertumbuhan. Dan media yang lazim untuk menyimpan air secara baik adalah rockwool  dan vermiculite.

Kelebihan dari teknik ini yaitu tanaman akan memperoleh nutrisi berupa air dan oksigen secara periodik. Kedua adalah oksigen yang dibawa melalui pompa mempunyai kualitas yang baik. Dan penyiraman yang dilakukan secara otomatis dapat menghemat tenaga dan waktu.

Namun kekurangan menggunakan metode ini yaitu budget  yang dikeluarkan cukup mahal. Tergantung pada pasokan listrik, apabila listrik padam maka tanaman bisa mati dan pemberian nutrisi berkali-kali tidak sebaik pemberian nutrisi di awal.

5. Sistem Hidroponik Deep Flow Technique System (DFT)

Sistem DFT secara singkat adalah sistem hidroponik yang meletakkan akar tanaman pada lapisan air pada kedalaman air berkisar 4-6 cm.

Sama dengan sistem yang lain, sistem DFT juga membutuhkan tenaga listrik untuk mensirkulasikan air ke dalam talang-talang dengan menggunakan pompa air. Kemudian untuk menghemat listrik maka dapat menggunakan timer yang dapat atur waktu hidup dan mati.

Keunggulan sistem hidroponik ini daripada sistem yang lain adalah terletak pada saat listrik padam namun kebutuhan nutrisi untuk tanaman tetap tersedia. Karena sistem ini diatur ke dalam nutrisinya sampai 6 cm.

Akan tetapi kekurangannya adalah memerlukan kebutuhan nutrisi yang cukup banyak apabila disbanding dengan sistem NFT.

6. Sistem Hidroponik Sumbu (Wicks System)

Sistem sumbu atau wicks system adalah sistem hidroponik yang paling sederhana yakni dengan memanfaatkan sumbu yang kemudian dihubungkan antara larutan nutrisi pada bak penampung dengan media tanam.

Dan hal Lain yang lebih sederhana lagi yakni sistem ini bersifat pasif dalam artian tidak ada bagian yang bergerak.

Jadi larutan nutrisi akan ditarik ke media yang selanjutnya disalurkan ke media tanam dari bak atau tangki penampungan melewati sumbu. Dengan memanfaatkan daya kapilaritas sumbu maka air dan nutrisi dapat mencapai akar tanaman.

Sistem sumbu adalah sistem yang sangat ideal bagi yang sangat menginginkan tanaman di pekarangan dapur, ruang tamu dan bahkan di halaman rumah yang luasnya tidak begitu lebar.

Dalam aplikasinya wicks system dapat dicampurkan media tanam lain seperti perlite, vermiculite, arang sekam padi dan kerikil pasir.

Cara menaman dengan sistem sumbu dapat memanfaatkan sumbu kompor, kapas atau kain bekas. Intinya media tersebut dapat menyerap air dengan baik.

Pertama akar tanaman tidak dicelupkan langsung ke dalam air akan tetapi akar tersebut tumbuh dalam beberapa bahan penahan air seperti misalnya rockwool atau bisa juga sabut kelapa.

Kemudian ujung sumbu ditempatkan di dalam reservoir yang telah diisi larutan nutrisi. Kemudian ujung lainnya ditempatkan dalam media tanam. Dan bahkan lebih dekat ke akar tanaman.

Karena media ini lebih dominan menggunakan sumbu maka membutuhkan banyak air dan nutrisi. Maka sumbu disusun ke media penahana air sebagai kapiler.

Dengan begitu tanaman akan mengambil larutan nutrisi melalui ujung sumbu dan efeknya media tanam yang dilewati sumbu menjadi lembab.

Teknik sumbu ini udara akan tersedot oleh akar beriringan dengan larutan nutrisi. Dengan begitu akan memastikan bahwa tanaman menerima cukup udara.

Apabila reservoir habis maka dapat diisi dengan cara manual. Dan ini keunggulannya karena tidak perlu menggunakan pompa sebagaimana sistem hidroponik lainnya.

7. Sistem Hidroponik Rakit Apung (Water Culture System)


Sistem hidroponik yang ke tujuh ini merupakan sistem yang paling sederhana diantara sistem hidroponik yang aktif.

Karena dengan memanfaatkan platform yang terbuat dari media tanam yang mengapung sehingga kebutuhan nutrisinya langsung didapatkan oleh akar.

Kemudian kebutuhan oksigen yang diperlukan akar tanaman dapat menggunaka pompa aquarium yang telah dimasukkan ke dalam bak penampung nutrisi hidroponik.

Akan tetapi dengan menerapkan sistem ini tidak dapat bekerja efektif untuk tanaman dengan ukuran yang besar dan jangka panjang. Hanya tanaman kecil saja, seperti seledri, sawi dan lain-lain.

8. Sistem Hidroponik Fertigasi (Fertilizer and Drip Irigation System)


Sistem fertigasi adalah sistem hidroponik yang paling banyak diterapkan di dunia. Karena sistem ini menggunakan drip irigation drip  atau irigasi tetes dimana tanaman akan disiram dengan cara meneteskan air.

Sistem fertigasi tidak hanya air saja yang diteteskan namun air tersebut telah dicampur larutan nutrisi. Sehingga pertumbuhan tanaman tetap terjaga.

Artinya dalam satu tetes sudah mengandung nutrisi yang lengkap. Kemudian pengoperasiannya juga  tergolong mudah.

Kelebihan sistem ini diantaranya:
  • Dalam pemberian nutrisi dapat diatur sesuai dengan kedewasaan tanaman.
  • Aman dari penyakit dan dijamin bersih.
  • Mengatasi problem tanah.
  • Mampu meningkatkan hasil dari pendapatan.
  • Kualitas dari hasil tanam jauh lebih baik.
  • Penggunaan pupuk yang tepat sasaran dan
  • Mampu menghasilkan tanaman yang banyak (kuantitas).
Kekurangan sistem ini setidaknya ada empat yakni:
  • Modal yang dibutuhkan terlalu tinggi.
  • Perlu pengetahuan yang cukup untuk memulai dengan teknik ini.
  • Harus diurus secara berkala dan berkelanjutan.
  • Apabila kerusakan dalam sistem pengairan akan berpengaruh dalam hasil pertanian.
Demikianlah sekilas penjelasan mengenai sistem atau model pengairan hidroponik terpopuler. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi pilihan bagi kita mana sistem hidroponik yang paling cocok dengan keinginan kita.






No comments:

Powered by Blogger.